Sabtu, 08 November 2008

CITRA PELAYANAN POLANTAS

KESADARAN DAN KETAATAN BERLALU LINTAS MELALUI
PROGRAM CITRA PELAYANAN POLANTAS
YANG DIHARAPKAN

Pada hakekatnya Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam perjalanan sejarah pengabdianya, sejak awal kelahiranya dalam melaksanakan tugas telah menerapkan metode dengan prinsip “ Bahwa mencegah lebih baik dari pada menyembuhkan”.
Menyadari akan tanggung jawab Polri dalam pengabdianya lebih mengutamakan tindakan pencegahan yang sifatnya membimbing, mendidik, mendorong, mengarahkan dan menggerakan masyarakat agar terhindar dari segala hal yang bersifat merugikan serta dapat terbawa kepada situasi dan kondisi lalu lintas yang aman, tertib dan lancar.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa dari berbagai faktor yang berpengaruh, manusia sebagai pemakai jalan merupakan salah satu faktor yang , memegang peranan yang paling utama dalam mewujudkan / menciptakan Kamtibcar Lantas, terlihat seperti dalam table 5 dimana angka pelanggaran lalu lintas sangat menonjol pada usia 0 tahun sampai 21 tahun disini terlihat adanya suatu kecenderungan usia remaja untuk melakukan pelanggaran lalu lintas dan pada usia ini anak sedang duduk ditingkatkan sekolah TK, SD, SMP dan SMA. Begitu pula pada table 7 terlihat bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah faktor manusia baik dilihat dari jumlah kejadian, korban yang diakibatkan ( meninggal dunia, lika berat, luka ringan dan jumlah kerugian materil yang ditimbulkan ). Sedangkan faktor penyebab dari kendaraan, keadaan jalan, pengaruh lingkungan dapat dikatakan kurang berpengaruh atau faktor penyebab yang kecil sekali.
Menurut data kecelakaan secara keseluruhan dari hasil penyelidikan menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh faktor pemakai jalan, begitu pula untuk pelanggaran lalu lintas yang biasanya terlibat adalah pemakai jalan, sedangklan kalau kita evaluasi secara lebih khusus dilihat dari pelaku, korban, profesi, pendidikan dan usia bahwa yang paling banyak terlibat dalam kasus kecelakaan/pelanggaran lalu lintas adalah para pelajar atau anak-anak sekolah yang berusia antara 0 thn sampai 16 thn dan 17 thn sampai 21 thn.
Dari data tersebut diatas terbukti bahwa kedisiplinan, kesadaran dan ketaatan berlalu lintas masih kurang sehingga kampanye dan sosialisasi perlu ditinggkatkan.
Salah satu upaya Ditlantas Polri didalam melaksanakan peningkatan kesadaran dan ketaatan berlalu lintas tersebut diatas melalui Program Citra Pelayanan Polantas diharapkan sebagai berikut :
1. Program Citra Pelayanan Polantas merupakan suatu kegiatan publisitas yang berisikan kampanye dan sosialisasi kesematan jalan. Publisitas adalah sebuah cara pemberian informasi kepada masyarakat dengan tujuan tertentu, yang mengandung sebuah pesan agar masyarakat dapat siap bertindak. Publisitas itu berbeda dengan pendidikan karena pada publisitas tidak ada interaksi tatap muka antara pemberi dan penerima informasi. Dengan demikian publisitas tidak selalu memungkinkan terjadinya dialog.
Publisitas menyangkut adanya semacam penyampaian suatu informasi ataupun pembentukan opini tertentu kepada seluruh atau sebagian masyarakat. Efektifitas publisitas ini tergantung pada sejumlah faktor antara lain kredibilitas pesan, bentuk pesan, pelaksanaan penyampaian pesan serta tingkat kematangan masyarakat terhadap publisitas.
Kesalahan pengguna jalan merupakan faktor yang menjadi penyebab dari 95 % kecelakaan di jalan. Oleh karena itu, perbaikan perilaku pengguna jalan tentunya merupakan prioritas utama. Mengingat kemampuan publisitas untuk mendidik serta mempengaruhi masyarakat pada umumnya, publisitas keselamatan jalan dibutuhkan untuk :
a. Menciptakan kepedulian tentang ancaman kecelakaan di jalan serta tingkat kerawanan dari pengguna jalan tertentu.
b. Mendidik para pengguna jalan agar berperilaku yang baik.
c. Mengubah sikap maupun keyakinan menuju suatu pendekatan keselamatan jalan yang lebih positif.
d. Memberitahukan perubahan peraturan, perubahan lalu lintas atau hal lainnya kepada pengguna jalan.

Media massa mempunyai dampak yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari ataupun kesehatan serta kesejahteraan masyarakat, Kampanye yang efektif dapat mempengaruhi perilaku pengguna jalan serta meningkatkan kesadaran akan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan jalan. Sebagai contoh, dengan publisitas, dapat dikurangi kebiasaan berkendaraan dalam keadaan mabuk karena beresiko tertangkap Polisi Lalu Lintas. Publisitas dapat juga mempengaruhi cara berfikir masyarakat dalam jangka panjang sehingga masyarakat dapat lebih mudah menghindari perilaku sosial semacam itu.
Potensi efektifitas publisitas sangat tinggi karena dapat menjangkau masalah keselamatan bagi khalayak yang cukup luas dengan menggunakan media serta bahan-bahan terkait. Namun, publisitas dapat pula menjadikan sumber-sumber yang tersedia mubazir apabila tidak dilaksanakan dengan perencanaan yang matang. Kampanye serta pemilihan kelompok sasaran haruslah didasarkan pada analisis data kecelakaan di jalan. Bila data kurang lengkap, kampanye untuk meningkatkan kepedulian dapat dilakukan untuk menegaskan keadaan yang semakin memburuk.
Publisitas yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi setempat serta harus fokus pada satu pesan tunggal. Apabila memungkinkan, publisitas haruslah merupakan bagian dari sebuah strategi pemasaran yang lebih luas yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta mempengaruhi perilaku. Kegiatan prioritas yang diperlukan adalah sebagai berikut :

a. Data kecelakaan di jalan harus dianalisis untuk dapat menindentifikasi sifat dan karakteristik permasalahan serta kelompok pengguna jalan yang akan menjadi sasaran kampanye dan publisitas.
b. Publisitas serta kampanye periklanan haruslah terfokus pada sebuah pesan tunggal. Bahan-bahan media dan citra / gambaran yang dipakai haruslah sesuai dengan kondisi setempat serta kelompok sasaran.
c. Apabila menungkinkan, kampanye sebaiknya dikoordinasikan dengan rekayasa teknik, pembuat undang-undang, dan penegakan hukum serta harus dievaluasi melalui sebuah survei, baik sebelum maupun setelah kampanye berlangsung.
2. Komponen – komponen utama Program Citra Pelayanan Polantas merupakan suatu kegiatan publisitas yang berisikan kampanye dan sosialisasi kesematan jalan menggunakan media poster, papan iklan, selebaran, surat kabar, media elektronik radio dan televisi. Namun, hanya sebagian kecil dari kampanye tersebut direncanakan secara sistimatis untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi. Komponen – komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam program ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pengkajian Masalah
Kampanye periklanan haruslah didasarkan pada pengertian tentang kecelakaan jalan disaat itu. Idealnya, prakarsa-prakarsa publisitas itu haruslah berdasarkan pada data yang ada. Sangat penting untuk mengerti secara benar dan rinci karakteristik suatu kecelakaan tertentu ataupun masalah perilaku yang menjadi obyek kampanye agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh khalayak sasaran. Ada beberapa jenis data yang dapat dipergunakan antara lain :
l. Data kecelakaan lalu lintas
Data kecelakaan lalu lintas memberikan suatu gambaran umum serta indikasi tentang kelompok pengguna jalan, jenis kelamin, ataupun kelompok umur paling rawan kecelakaan. Data kecelakaan haruslah digunakan sebagai titik awal dan akan cukup memadai apabila tersedia data rinci. Hal itu disebabkan karena mungkin saja ada hambatan untuk menggunakan data lain. Data kecelakaan tiga tahun yang lampau pada umumnya dapat diterima sebagai indikasi permasalahan.
Akan tetapi, data kecelakaan seringkali tidak lengkap dan besar kemungkinan tidak dapat memberikan pengertian yang jelas tentang wilayah yang merupakan prioritas ataupun sebab-sebab dibelakang kecelakaan tersebut. Data kecelakaan juga tidak akan memberikan gambaran mengenai persepsi orang tentang masalah keselamatan jalan. Hal itu perlu suatu analisis situasi yang harus lebih mendalam dari pada sekedar analisis data kecelakaan. Selain itu harus pula tercakup pendekatan lain.
2) Pengamatan
Pengamatan terhadap para pengguna jalan yang mengalami kecelakaan dalam jumlah yang signifikan dari data yang ada dapat memberikan indikasi tentang perilaku yang menjadi obyek kampanye. Sebagai contoh apabila kecelakaan banyak menimpa para pejalan kaki, mungkin ada beberapa indikasi mengenai perilaku mereka yang harus diubah untuk mengurangi konflik.
3) Diskusi dengan Petugas Polisi Lalu Lintas yang menangani langsung masalah kecelakaan lalu lintas.
Walaupun fokus Polantas setelah terjadinya kecelakaan biasanya pada penggugatan, diskusi dengan petugas tersebut yang secara berkala meninjau tempat kejadian dapat memberikan gambaran suatu pola perilaku umum. Dengan demikian suatu kampanye publisitas dapat khusus dirancang untuk hal itu.

4) Uji sikap
Sikap seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, dengan mengubah sikap kita mungkin dapat mengubah perilaku. Uji sikap haruslah dilaksanakan secara benar agar dapat dianggap memenuhi syarat. Kelompok yang mewakili khalayak sasaran dapatlah disurvei oleh organisasi yang ahli dalam bidang menelaah opini masyarakat. Apabila ada keterbatasan dana, mahasiswa dapat dikerahkan dalam melaksanakan survei ini.
5) Uji pengetahuan
Para pengguna jalan sering berperilaku membahayakan karena kurang memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Sebagai contoh, apabila banyak kecelakaan disebabkan oleh pengendara mabuk, besar kemungkinan mereka tidak mengetahui efek alkohol saat mengemudi. Uji pengetahuan dapat lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan uji sikap melalui kuesioner ataupun survei.
b. Rancangan kampanye
Apabila masalah telah dapat diidentifikasi sangatlah perlu untuk mempertimbangkan perilaku yang hendak dicapai kelompok khalayak sasaran, hal-hal yang dapat memotivasi untuk mengubah perilaku, isi pesan, media, serta himbauan yang paling sesuai.
l. Pesan kampanye
Kampanye haruslah menjabarkan perubahan-perubahan yang diharapkan dari masyarakat. Hal itu haruslah berupa tindakan yang dapat mempengaruhi serta merupakan hasil dari suatu keputusan politis yang muncul bersamaan dengan suatu langkah perbaikan lainnya (misalnya peraturan baru tentang lalu lintas), sebagai hasil dari tekanan masyarakat ataupun sebagai bagian dari suatu strategi keselamatan jalan jangka panjang. Tujuan program haruslah dijabarkan dengan jelas agar dapat diukur berhasil atau tidaknya publisitas tersebut.
Teknik riset pasar dapat digunakan untuk mengetahui apakah pesan dapat dimengerti serta juga untuk memilih visual yang paling diingat ataupun paling menarik perhatian. Haruslah dicatat bahwa pada umumnya, sebuah kampanye yang hanya berlangsung sekali biasanya tidak dapat menghasilkan perubahan sikap. Dibutuhkan perencanaan serangkaian iklan, dengan suatu tema tertentu untuk jangka waktu yang panjang misalnya antara lima sampai sepuluh tahun.
Waktu pelaksanaan suatu kampanye periklanan ataupun prakarsa lainnya haruslah mempertimbangkan panjangnya kampanye tersebut serta saat-saat yang paling tepat untuk menayangkan dalam suatu tahun. Kampanye tunggal hendaknya tidak terlalu panjang karena dampaknya akan hilang dan pesannya menjadi larut atau terlupakan.
l. Pemilihan khalayak sasaran
Walaupun penggunaan media massa akan membawa penyebaran yang amat luas, seorang pembuat iklan haruslah memilih pesan, gambar, serta media sedemikian rupa sehingga khalayak sasaran dapat dipengaruhi. Sering kali akan lebih bijaksana apabila publisitas diarahkan pada khalayak sasaran yang lebih terbatas serta lebih mudah untuk dikendalikan, seperti para tokoh masyarakat.
Kelompok khalayak sasaran tidak perlu harus sama dengan kelompok korban kecelakaan sebab seperti dalam kasus kecelakaan yang menimpa pejalan kaki, para pengendara sepeda motorlah yang biasanya menjadi sasaran iklan. Demikian halnya dengan masalah kecelakaan yang menimpa anak-anak. Biasanya, yang dibidik adalah para orang tua atau yang bertanggung jawab untuk menjaga anak-anak.
e. Uji awal
Haruslah ditekankan disini bahwa publisitas adalah sebuah cara yang secara budaya sangat peka. Oleh karena itu paling sukar untuk mentransfer langkah-langkah keselamatan jalan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya apalagi antar negera. Publisitas juga sangat peka secara demografi. Penggunaan bahasa dan pesan haruslah dirancang untuk suatu kelompok khalayak sasaran tertentu, apakah menurut umur, jenis kelamin, etnis, atau gaya hidup, yang belakangan ini makin penting. Hal yang terpenting dalam publisitas bukan hanya mengetahui khalayak sasaran, tetapi lebih utama mengetahui apa yang memotivasi mereka.
f. Indikator keberhasilan serta metode-metode evaluasi
Tanpa ada perumusan tujuan yang jelas, tidak akan mungkin dapat merancang metode evaluasi yang efektif. Indikator yang digunakan akan bervareasi sesuai dengan tingkat kesulitan dari subyek tertentu ataupun dengan jangka waktunya. Kriteria untuk menilai efektivitas dijabarkan melalui butir – butir berikut ini :
1) Menurunkan jumlah kecelakaan ataupun tingkat kegawatan kecelakaan
2) Perubahan dalam perilaku dilapangan (diamati)
3) Perubahan dalam perilaku yang dituntut (tidak diamati)
4) Perubahan dalam pengatahuan
5) Perubahan dalam opini dan
6) Daya ingat atas suatu kampanye.
Pada umumnya, daftar tersebut diatas dianggap peringkat naik dalam hal validitas, tetapi menurun dalam hal kenyamanan atau kemudahan penggunaan. Apabila menurun, jumlah kecelakaan dapat dianggap sebagai tolok ukur. Maka, interval waktunya haruslah cukup besar untuk dapat menangkap setiap dampak yang mungkin timbul. Walaupun penggunaan data statistik kecelakaan dapat dianggap memadai, terutama untuk kampanye jangka panjang antara 5 sampai dengan 10 tahun. Untuk kampanye jangka pendek sebaiknya jangan hanya mengandalkan data statistik kecelakaan. Sedapat mungkin haruslah digunakan beberapa tolok ukur. Apabila data kecelakaan saja digunakan sebagai evaluasi, sifatnya hanya stimulus. Contohnya, iklan, yang hasil akhirnya dapat ditebak. Sebaiknya, informasi diperoleh dari sumber terbaik sehingga dapat diketahui hasil akhirnya. Hal ini mungkin dapat membantu memberikan gambaran mengapa beberapa program tertentu berhasil, sedangkan yang lainnya tidak. Informasi yang diperoleh haruslah menjadi umpan balik untuk kampanye mendatang sehingga ada suatu proses penyempurnaan yang dinamis.
g. Mengidentifikasi para pemain (pembuat iklan)
Bila banyak institusi yang bertanggung jawab terhadap keselamatan jalan, harus ada suatu koordinasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas dan mengurangi kemungkinan lemahnya suatu usaha kampanye dan sosialisasi keselamatan jalan. Pada tingkat inilah, mungkin dapat dipertimbangkan penggunaan jasa perusahaan-perusahaan periklanan. Perusahaan semacam itu dapat memberikan keuntungan dengan saran kreatif, daya beli media, serta pengalaman mereka dipasar. Perusahaan periklanan tersebut dapat diminta untuk saling berkompetisi untuk mendapatkan kontrak atau untuk suatu kerjasama yang lebih bersifat jangka panjang. Perusahaan periklanan yang telah mempunyai pengalaman dibidang keselamatan jalan, kesehatan atau iklan layanan masyarakat tentunya mempunyai keunggulan.
l. Sumber dana
Akses langsung pada televisi, radio maupun penentuan program tertentu, sangat besar kemungkinannya bahwa periklanan yang komersial merupakan bagian dari strategi publisitas yang dijalankan. Hal ini akan menelan biaya cukup tinggi, terutama apabila ditayangkan di televisi pada waktu utama ataupun dimuat di surat kabar pada kolom khusus. Dengan melakukan pembebanan biaya bersama dengan pihak lain, termasuk sponsor, daya beli media dari pihak perancang iklan dapat diperkuat. Banyak usaha lain terutama dalam bidang asuransi, mempunyai kepentingan untuk dikaitkan dengan faktor keselamatan. Salah satu penjelasan kepada perusahaan periklanan adalah mencari sumber-sumber dana lainnya atau nilai tambah dalam lingkungan sektor swasta. Dapat juga diadakan negosiasi untuk mendapatkan harga khusus dari media sebagai wujud tanggung jawab sosial mereka.

l. Pemilihan pembawa pesan
Pembawa pesan yang dipilih akan tergantung pada dana yang tersedia, serta kecocokannya dengan jenis khalayak sasaran. Tidak semua kampanye dilakukan dengan menggunakan media yang dibayar walaupun itu merupakan cara nyata yang berlaku di negara-negara yang telah mempunyai jaringan surat kabar, radio serta televisi yang telah berkembang. Anggaran periklanan haruslah dapat menciptakan sebuah kombinasi yang sesuai dengan pesan serta khalayak sasaran. Oleh karena itu, kampanye yang ditujukan untuk kawula muda haruslah berfokus pada majalah remaja atau acara televisi dan radio dengan mayoritas pendengar dan pemirsanya sebagian besar terdiri dari para remaja.
Sebuah kombinasi media dapat dipertimbangka. Kombinasi mungkin terdiri dari televisi, radio bioskup, koran, poster, papan iklan, selebaran, stiker, pidato, serta acara-acara khusus seperti konferensi, pameran dan perlombaan.
l. Himbauan
Citra yang dipilih akan tergantung kepada kelompok khalayak sasaran. Penampilan yang membuat ngeri tidaklah selalu tepat atau efektif. Bila dilaksanakan dengan baik, cukup dapat berhasil misalnya dengan sikap yang menganggap enteng suatu permasalahan atau kejadian.

Himbauan dapat bertumpu pada hal-hal seperti horor, ketakutan, kesedihan, humor, informasi, penegasan pesan serta tanggung jawab. Selebritis yang yang menyampaikan himbauan pribadi berdampak pada cukup banyak orang. Para artis atau tokoh olah ragawan yang aktif melaksanakan kampanye keselamatan jalan setelah orang-orang terdekat mereka menjadi korban kecelakaan lalu lintas berdampak sangat positif terhadap sebuah kegiatan kampanye.
k. Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan publisitas haruslah disesuaikan dengan unsur-unsur terkait lainnya seperti rencana sosialisasi undang-undang, penegakkan hukum, atau peluncuran produk keselamatan baru. Sangat dianjurkan untuk menyelaraskan kampanye yang bersifat nasional dengan kampanye lokal disatuan kewilayahan dengan mengambil tema yang sama.
l. Pemantauan serta dokumentasi
Apabila sesuai kegiatan kampanye telah selesai, sangat penting untuk mengumpulkan data mengenai efektifitas kampanye tersebut. Hal ini haruslah didokumentasikan agar dapat memberikan gambaran mengenai apa yang berhasil dan apa yang kurang berhasil. Aspek – aspek yang disebutkan diatas mengenai perencanaan serta pelaksanaan kampanye keselamatan jalan merupakan aspek yang ideal. Konsesnsus para profesional menyebutkan bahwa usaha keselamatan jalan haruslah berdasarkan data dan dievaluasi untuk melihat efektifitasnya.
22. Program Citra Pelayanan Polantas merupakan suatu kegiatan publisitas yang berisikan kampanye dan sosialisasi kesematan jalan dapat membantu sikap patuh menciptakan kesadaran dan keataan pada peraturan lalu lintas di jalan. Kegiatan tersebut dapat menjadikan masyarakat lebih paham serta turut memberikan sumbangsih bagi terciptanya tertib dan disiplin berlalu lintas tercapainya kebudayaan keselamatan di jalan raya. Dalam hal ini, tuntutan akan keselamatan datang dari masyarakat itu sendiri.
Apabila kampanye yang dilakukan cukup gencar, besar kemungkinan bahwa sebagian besar masyarakat akan terpengaruh, termasuk para tokoh masyarakat maupun para politisi. Publisitas merupakan suatu bagian yang mutlak dalam strategi keselamatan jalan nasional, walaupun tidak boleh dipergunakan secara terpisah dari langkah-langkah yang lainnya. Akan lebih berhasil apabila dilaksanakan berdampingan dengan langkah-langkah teknik lalu lintas, penegakkan hukum / perundang-undangan lalu lintas, atau langkah langkah pelaksanaan undang – undang. Publisitas keselamatan jalan raya yang tidak dilaksanakan dengan baik tidak akan efektif serta akan membuang-buang dana. Agar dapat mencapai tujuan, publisitas haruslah mendapat pengamatan para pakar serta memulai persiapan yang matang sesuai dengan perencanaan keselamatan jalan.